Profil kemudian kilas balik karir Tan Joe Hok, ikon bulu tangkis Indonesia

Ibukota Indonesia – Bumi bulutangkis Indonesia berada dalam berduka menghadapi wafatnya salah satu tokoh legendaris, Tan Joe Hok, yang dimaksud meninggal dunia di dalam usia 87 tahun. Kabar duka yang dimaksud menyelimuti di tempat kalangan pecinta bulutangkis tanah air.
Sosok yang digunakan dikenal sebagai pahlawan olahraga Indonesia ini tutup usia pada Minggu, 2 Juni 2025 di area Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Berita mengenai kepergiannya pertama kali dibagikan oleh mantan atlet nasional, Yuni Kartika, melalui unggahan di dalam akun Instagram miliknya @yuni.kartika73.
“Telah meninggal dunia legenda bulutangkis kebanggaan Indonesia Om Tan Joe Hok. Semoga arwahnya diterima di area sisi Tuhan YME… Selamat jalan Om Joe Hok, terima kasih untuk semua jasa-jasamu untuk membanggakan Bangsa Indonesia. Rest In Peace Om," tulis Yuni pada unggahan tersebut.
Berpulang-nya Tan Joe Hok menjadi kehilangan besar, bukanlah belaka bagi dunia olahraga, tetapi juga bagi seluruh bangsa. Ia merupakan simbol dedikasi juga semangat juang di membela nama Indonesia, bahkan sejak era ketika bulutangkis nasional belum dikenal luas di area kancah dunia.
Lantas, seperti apa sebenarnya sosok Tan Joe Hok? Berikut ini profil singkatnya yang mana dihimpun dari berbagai sumber.
Profil Tan Joe Hok
Tan Joe Hok, yang dimaksud memiliki nama asli Hendra Kartanegara, merupakan salah satu dari tokoh besar di sejarah bulu tangkis Indonesia. Ia dikenal sebagai bagian dari "Tujuh Pendekar Bulu Tangkis Indonesia", sekelompok pemain legendaris yang mengakibatkan nama bangsa ke puncak kejayaan.
Prestasinya mulai bersinar dalam era 1950-an hingga 1960-an. Lahir pada 11 Agustus 1937, Tan mencatatkan sejarah penting sebagai pemain Indonesia pertama yang digunakan berhasil menjuarai pertandingan bergengsi All England pada tahun 1959, usai menaklukkan rekan senegaranya, Ferry Sonneville, di tempat partai final.
Selain All England, Tan juga menyumbangkan medali emas bagi Indonesia di area kompetisi Asian Games 1962. Ia turut berperan besar di kemenangan regu Indonesia pada Piala Thomas pertama tahun 1958 pada Singapura, di tempat mana Indonesia menaklukkan Tanah Melayu (saat itu Malaya) dengan skor 6-3.
Tan dengan enam rekannya Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, kemudian Olich Solihin menjadi bagian dari pasukan tangguh yang bukan cuma merebut Piala Thomas 1958, tetapi juga mempertahankan gelar kejuaraan juara pada tahun 1961 serta 1964.
Keberhasilan yang disebutkan menandai era dominasi awal Indonesia pada bulu tangkis dunia. Karena kemampuannya menjinakkan lawan-lawan kuat dari berbagai negara, Tan dijuluki “The Giant Killer”.
Permainannya yang tersebut cepat, penuh stamina, serta disertai strategi matang membuatnya disegani di tempat lapangan. Bakat kemudian semangat bermainnya sudah ada terlihat sejak kecil, diwarisi dari sang ibu.
Saat berusia 12 tahun, ia ditemukan oleh pembimbing Lie Ju Kong yang digunakan kemudian membimbingnya secara serius. Meski berasal dari keluarga sederhana, Tan kecil menjalani latihan keras sejak pagi buta.
Ia bahkan rela mengayuh becak untuk mengantar teman-temannya ke tempat latihan demi menghemat biaya kisah yang dimaksud menunjukkan betapa besar perjuangannya menuju puncak.
Di luar karir sebagai atlet, Tan juga menempuh institusi belajar tinggi di tempat Baylor University, Amerika Serikat, dengan fokus pada ilmu kimia lalu biologi. Kecintaannya pada bulu tangkis terus berlanjut pasca pensiun. Ia sempat melatih di area Meksiko pada 1969–1970 serta Hong Kong pada 1971.
Sekembalinya ke tanah air, Tan bergabung dengan PB Djarum sejak 1982 juga menjadi pembimbing kelompok nasional Indonesia pada turnamen Piala Thomas 1984. Hingga masa senjanya, Tan Joe Hok tetap memperlihatkan bergerak menyampaikan semangat lalu inspirasi untuk generasi muda.
Atas kontribusi-nya yang mana besar, pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya sebagai bentuk penghargaan. Dengan segala pengabdian juga prestasi luar biasa yang digunakan diperolehnya, Tan Joe Hok layak dikenang sebagai sosok pahlawan bulu tangkis sejati Indonesia.
Prestasi Tan Joe Hok
• Menjadi bagian dari kelompok Indonesia yang menjuarai Piala Thomas pada tahun 1958, 1961, kemudian 1964
• Meraih penghargaan juara di area Kejuaraan Nasional 1956 yang dijalankan di dalam Surabaya
• Mencetak sejarah dengan menjuarai All England tahun 1959
• Berhasil mengambil peringkat juara dalam kompetisi Negeri Paman Sam Terbuka dua tahun berturut-turut, yaitu pada 1959 serta 1960
• Mendominasi Kanada Terbuka dengan kemenangan pada tahun 1959 dan juga 1960
• Membawa pulang medali emas dari Asian Games tahun 1962
• Tercatat sebagai anggota kelompok Indonesia pada Piala Thomas selama periode 1958 hingga 1967
Jenjang karir
• Pernah dipercaya melatih kelompok bulu tangkis di dalam Meksiko pada periode 1969 hingga 1970
• Menjadi ahli bulu tangkis di area Hongkong pada tahun 1971
• Mulai bergabung sebagai instruktur dalam klub PB Djarum Kudus sejak tahun 1982
• Menangani regu nasional Indonesia sebagai instruktur untuk turnamen Piala Thomas tahun 1984
• Menjabat sebagai Direktur pada perusahaan Mandala Pest Control sejak tahun 1973 hingga sekarang
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Kecerdasan Buatan di dalam situs web ini tanpa izin tertoreh dari Kantor Berita ANTARA.