Gerald Vanenburg incar kemenangan Indonesia di area final di 90 menit

Kami lihat di area semifinal mental anak-anak luar biasa kemudian kami beruntung, jadi kami sanggup menang lawan Thailand, jadi kami tak akan khawatir pada waktu adu penalti nanti di tempat final
Jakarta – Pelatih kelompok nasional Indonesia U-23, Gerald Vanenburg, menegaskan timnya mengincar kemenangan pada 90 menit pada pertandingan final ASEAN U-23 Championship 2025 melawan Vietnam yang mana akan dimainkan di dalam Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (29/7).
Meski demikian, ia mengaku siap menghadapi kemungkinan adu penalti. Indonesia melaju ke final pasca menang adu penalti 7-6 melawan Thailand pada semifinal yang mana berakhir imbang 1-1.
“Kami ingin menang 90 menit lawan Vietnam, tapi tentu belaka kalau kami menghadapi penalti, itu jatuhnya ke mental pemain serta juga keberuntungan,” kata Vanenburg pada jumpa pers di dalam Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin.
“Kami lihat dalam semifinal mental anak-anak luar biasa kemudian kami beruntung, jadi kami dapat menang lawan Thailand, jadi kami tak akan khawatir pada waktu adu penalti nanti di tempat final.”
“Kami bukan akan latihan [penalti] tapi kami akan memenangkannya apabila memang benar ada adu penalti,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Vanenburg juga menyampaikan bahwa dirinya tidaklah terbebani dengan ekspektasi orang-orang Indonesia yang dimaksud sudah ada sangat rindu peringkat juara.
“Tekanan yang mana ada saya tak terlalu mempedulikannya, saya hanya saja fokus pada tim, memberikan yang dimaksud terbaik. Jika pun ada yang bukan suka dengan saya, yang digunakan penting keluarga saya suka,” tutur pria jika Belanda itu.
Dalam jumpa pers tersebut, microphone yang digunakan digunakan Vanenburg sempat mati. Ia dengan bergurau mengumumkan bahwa hal itu mungkin saja dijalankan panitia dikarenakan suaranya hilang pasca memberikan komando terhadap kelompok pada laga semifinal melawan Thailand.
Sebelumnya Vanenburg sempat absen pada jumpa pers pasca pertandingan semifinal kontra Thailand. Asisten Vanenburg, Frank van Kempen, yang mewakili beliau pada jumpa pers itu mengungkapkan Vanenburg kehabisan pernyataan pasca berteriak-teriak memberi instruksi sepanjang pertandingan.
“Mungkin mereka itu melakukan ini sebab pendapat saya hilang, tapi sekarang ucapan saya sudah ada membaik, saya memang sebenarnya bukan bisa saja teriak, tapi saya ingin walau tidak ada berteriak, para pemain sudah ada memahami instruksi saya. Malah saya ingin meskipun tak ada pelatih, para pemain saya mampu bermain baik pada lapangan. Apalagi saya tahu dia juga bukan suka saya,” seloroh Vanenburg.
Terkait kekuatan serangan, instruktur dengan syarat Belanda itu mengakui timnya kesulitan mencetak gol lalu bergantung pada Jens Raven sebagai mesin gol utama.
“Memang ketika ini kami sulit mencetak gol, kemudian kami cuma punya Jens Raven yang dimaksud bisa jadi mencetak gol, serta ada beberapa pemain lain selain Jens yang tersebut mampu cetak gol. Jadi saya ingin cari solusi untuk jangka pendek ini, di area final, penggawa mana yang digunakan mampu saya tugaskan mencetak gol,” ujar sosok yang turut menyebabkan Belanda menjuarai Piala Eropa 1988 itu.
“Tapi untuk di dalam pertandingan selanjutnya, nanti kita lihat belaka apakah kami akan cari pemain lain, entah dari Belanda atau Indonesia, untuk membantu kelompok ini yang agak kesulitan mencetak gol,” ujar dia.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Artificial Intelligence di area situs web ini tanpa izin tertoreh dari Kantor Berita ANTARA.