olahraga

First pick terburuk di sejarah NBA Draft

Ibukota – Setiap event NBA Draft selalu menghadirkan harapan besar bagi klub-klub partisipan liga untuk menemukan bintang masa depan mereka. Terutama bagi regu yang digunakan miliki hak memilih pertama (first pick), prospek untuk mendapatkan pemain potensial seperti LeBron James, Tim Duncan, atau Shaquille O’Neal tentu menjadi daya tarik tersendiri.

Namun, sejarah membuktikan bahwa bukan semua pilihan pertama berakhir manis. Beberapa pemain bahkan gagal memenuhi ekspektasi yang tersebut dibebankan untuk mereka, baik sebab cedera, minimnya perkembangan permainan, maupun tak cocoknya gaya bermain merekan di tempat level profesional.

Berikut ini adalah deretan pemain pilihan pertama terburuk pada sejarah NBA Draft, berdasarkan penilaian terhadap performa, partisipasi terhadap tim, juga siapa sekadar bintang yang digunakan dilewatkan di draft tersebut.

1. Anthony Bennett (2013 – Cleveland Cavaliers)

Statistik karier: 4.4 PPG, 3.1 RPG, 0.5 APG (empat musim)

Pilihan mengejutkan dari Cavaliers pada NBA Draft 2013 ini menjadi salah satu kegagalan paling nyata pada sejarah. Bennett semata-mata bertahan selama empat musim di area NBA, tampil di 151 pertandingan dan juga mengoleksi total 658 poin—terendah pada antara semua first pick sejak era draft dua putaran (dimulai 1989).

Ia dilepas dari Cleveland pasca musim rookie serta sempat membela Minnesota, Toronto, dan juga Brooklyn sebelum akhirnya meninggalkan dari liga pada 2017. Bennett kian terlihat gagal ketika mengawasi pemain seperti Giannis Antetokounmpo (15) juga Rudy Gobert (27) yang digunakan justru bersinar di tempat draft yang mana sama.

2. Kwame Brown (2001 – Washington Wizards)

Statistik karier: 6.6 PPG, 5.5 RPG, 0.9 APG (12 musim)

Brown menjadi pemain sekolah menengah pertama yang tersebut diambil sebagai first pick secara langsung ke NBA. Namun, ia dinilai belum siap secara mental dan juga fisik. Performa awalnya berjauhan dari harapan serta cuma tampil sebagai cadangan pada sebagian besar pertandingan musim debutnya.

Ia kemudian ditukar ke Lakers serta berkeliling ke beberapa kelompok lain, tanpa pernah menunjukkan kualitas sebagai pemain andalan. Di draft yang tersebut sama, Wizards melewatkan pemain seperti Pau Gasol, Tony Parker, juga Joe Johnson.

3. Michael Olowokandi (1998 – Los Angeles Clippers)

Statistik karier: 8.3 PPG, 6.8 RPG, 1.4 BPG (9 musim)

Olowokandi memiliki ukuran serta kemungkinan sebagai center masa depan, namun kariernya lebih banyak sejumlah diwarnai inkonsistensi. Walaupun sempat mencetak nomor solid di area awal karier, ia tak pernah mengalami perkembangan menjadi sosok dominan.

Dengan keberadaan nama-nama seperti Vince Carter, Dirk Nowitzki, dan juga Paul Pierce di tempat draft yang digunakan sama, Clippers jelas kehilangan kesempatan emas.

4. Greg Oden (2007 – Portland Trail Blazers)

Statistik karier: 8.0 PPG, 6.2 RPG, 1.2 BPG (3 musim)

Oden bukanlah sepenuhnya gagal lantaran performa, melainkan sebab cedera kronis pada lutut yang digunakan membuatnya cuma bermain pada 105 pertandingan NBA sebelum pensiun dini pada usia 26 tahun. Padahal, ketika pada perguruan tinggi (Ohio State), Oden digadang-gadang sebagai talenta generasi baru.

Namun sayangnya, pemilihan Oden justru melewatkan Kevin Durant, Marc Gasol, lalu Al Horford, yang semuanya menjadi bintang besar NBA.

5. Pervis Ellison (1989 – Sacramento Kings)

Statistik karier: 9.5 PPG, 6.7 RPG, 1.6 BPG (11 musim)

Dijuluki “Never Nervous Pervis”, Ellison belaka mampu memainkan lebih lanjut dari 70 pertandingan pada satu musim sebanyak satu kali. Luka menjadi penghalang utama sepanjang kariernya.

Meski sempat menunjukkan kemungkinan besar pada waktu meraih peringkat Most Improved Player musim 1991-92, Ellison tak pernah mencapai level konsistensi yang dimaksud diharapkan dari pemain pilihan pertama. Nama-nama seperti Tim Hardaway, Shawn Kemp, lalu Vlade Divac seharusnya bisa jadi menjadi opsi yang dimaksud lebih lanjut baik.

6. Markelle Fultz (2017 – Philadelphia 76ers)

Statistik karier: 11.1 PPG, 4.6 APG, 3.4 RPG (hingga 2024)

Fultz sempat dianggap sebagai scorer komplet ketika tampil dengan Washington di area NCAA. Namun, gangguan pada bahu lalu hilangnya kepercayaan diri merusak dua musim pertamanya di tempat NBA.

Philadelphia memilih Fultz dengan menukar urutan draft dengan Boston Celtics, yang kemudian mengambil Jayson Tatum dalam tempat ketiga—sebuah langkah yang mana pada saat ini dianggap sebagai salah satu kesalahan besar di sejarah draft modern.

7. Andrea Bargnani (2006 – Toronto Raptors)

Statistik karier: 14.3 PPG, 4.6 RPG, 1.2 APG (10 musim)

Sebagai pemain Eropa pertama yang dipilih nomor satu, Bargnani memiliki ekspektasi tinggi. Walau mencatatkan rata-rata poin dua digit selama beberapa musim, ia tidaklah pernah menjadi pilar kelompok ataupun All-Star.

Dengan pemain seperti LaMarcus Aldridge, Kyle Lowry, serta Rajon Rondo yang diambil setelahnya, langkah Raptors kerap dipertanyakan.

8. Deandre Ayton (2018 – Phoenix Suns)

Statistik karier: 16.7 PPG, 10.5 RPG, 1.0 BPG (hingga 2024)

Masuknya Ayton ke daftar ini cukup kontroversial dikarenakan ia sebenarnya tampil solid serta menghadirkan Suns ke Final NBA 2021. Namun, pemilihan Ayton sebagai nomor satu jadi sorotan akibat dilewatkannya Luka Doncic, Trae Young, Shai Gilgeous-Alexander, serta Jalen Brunson—yang saat ini menjadi superstar.

Ayton memang benar bukanlah “bust” di arti tradisional, tapi konteks draft menyebabkan posisinya masih jadi perdebatan.

Memilih pemain terbaik pada NBA Draft, khususnya pada urutan pertama, terus-menerus penuh risiko. Dalam liga yang menjunjung tinggi potensi, tiada sedikit pasukan yang digunakan mengambil tindakan berani—dan berakhir salah langkah. Meski demikian, sejarah ini juga menjadi pengingat bahwa pencapaian dalam tingkat perguruan tinggi belum tentu menjamin kesuksesan di area level profesional.

Draft bukanlah belaka masalah bakat, tetapi juga mengenai kesiapan fisik, mental, kemudian keberuntungan—baik bagi pemain maupun kelompok yang dimaksud memilih.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Artificial Intelligence di dalam situs web ini tanpa izin ditulis dari Kantor Berita ANTARA.

Related Articles

Back to top button