Sepak bola

Hamas: Pertukaran tahanan dengan negeri Israel kemungkinan mulai Awal Minggu

Istanbul – Pertukaran tahanan dengan negeri Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata pada Kawasan Gaza kemungkinan mulai dilaksanakan pada Awal Minggu (13/10), kata Mousa Abou Marzouq, pejabat kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

“Pertukaran tahanan mungkin saja dimulai pada Senin,” kata Mousa Abou Marzouq di wawancara yang disiarkan televisi pada Hari Jumat (10/10).

Ia menegaskan bahwa organisasi Hamas tidaklah berniat menjadikan serangkaian penyerahan tahanan sebagai event militerisasi atau perayaan publik.

Fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara organisasi Hamas kemudian negara Israel mulai berlaku pada hari terakhir pekan pukul 12:00 waktu setempat (16:00 WIB).

Menurut dokumen kesepakatan yang dimaksud disiarkan stasiun TV KAN, kelompok Hamas akan membebaskan para sandera negara Israel yang dimaksud masih hidup di waktu 72 jam pasca negara Israel meratifikasi kesepakatan itu.

Dokumen itu juga menyebutkan bahwa organisasi Hamas akan memberikan semua informasi yang merekan miliki tentang sandera tanah Israel yang digunakan tewas terhadap mekanisme bersatu yang tersebut akan melibatkan Turki, Qatar, Mesir, juga Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

Israel memperkirakan 48 warga merekan yang mana disandera masih berada dalam Gaza, di antaranya 20 penduduk yang mana diyakini masih hidup.

Di sisi lain, lebih banyak dari 11.100 warga Palestina ditahan di dalam penjara-penjara negeri Israel kemudian mengalami penyiksaan, kelaparan, serta pengabaian medis. Banyak dalam antara dia telah terjadi meninggal, menurut laporan media lalu hak asasi manusia Palestina lalu Israel.

Abou Marzouq juga memaparkan bahwa kelompok Hamas mempunyai tempat tawar yang dimaksud signifikan di perundingan.

Dia mengemukakan bahwa isu tahanan bermetamorfosis menjadi alasan yang tersebut kerap dipakai pemimpin negara Israel Benjamin Netanyahu "untuk membenarkan kelanjutan konflik dalam Gaza."

Pejabat kelompok Hamas itu mengemukakan kelompoknya sedang bekerja identik dengan para mediator untuk mengatasi hambatan juga melakukan konfirmasi pembebasan para pemimpin Palestina yang mana ditahan di penjara-penjara Israel.

Dia juga mengungkapkan bahwa tentara negara Israel sudah mundur hingga ke "garis kuning", tetapi masih menguasai 53 persen wilayah Jalur Gaza.

Garis pencabutan pasukan yang digunakan ditetapkan oleh Israel, kata dia, "tidak akurat kemudian digambar secara sewenang-wenang."

"Hamas tidaklah akan menerima keberadaan negara Israel di dalam wilayah yang tersebut ketika ini merekan kuasai," kata Abou Marzouq.

Dia mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah terjadi mengirim pasukan untuk memantau penyelenggaraan gencatan senjata.

"Pasukan ini bukan akan ditempatkan di dalam wilayah Gaza, melainkan pada Israel," katanya.

Abou Marzouq mengungkapkan bahwa tahap selanjutnya akan difokuskan pada "proyek nasional" kemudian diskusi mengenai kemungkinan penempatan pasukan penjaga perdamaian di Daerah Gaza juga Tepi Barat.

Sumber: Anadolu

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Teknologi AI pada laman web ini tanpa izin ditulis dari Kantor Berita ANTARA.

Related Articles

Back to top button